Asal Mula Bahasa Arab

I. Pendahuluan
     Qur'an sebagai kitab Allah merupakan sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, dan berfungsi sebagai garda depan bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu umat Islam harus mempelajari dengan baik. Proses memahami makna dan kata-kata al-Qur'an sangat erat kaitannya dengan salah satu ilmu pengetahuan di antara sekian banyak ilmu yaitu ilmu bahasa Arab.[1]Untuk membuka pintu khasanah dari al-Qur'an, maka salah satu titik kunci yang dapat diperankan  adalah dengan ilmu bahasa Arab. Ini dijadikan sebagai kerangka dasar untuk memahami al-Qur'an.
          Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa internasional,[2] juga telah menjadi bahasa agama[3] yang pada gilirannya menjadi bahasa pemersatu bagi umat Islam dengan melalui proses yang panjang. Bahasa Arab juga memiliki fungsi istimewa dari bahasa-bahasa lainnya, bukan saja bahasa Arab memiliki nilai sastra bermutu tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalami, akan tetapi bahasa Arab ditakdirkan sebagai bahasa al-Qur'an yakni mengkomunikasikan kalam Allah yang di dalamnya mengandung uslub bahasa yang sungguh mengagumkan manusia. manusia tidak seorangpun mampu menandinginya.[4] Karena memang bahasa Arab ditakdirkan sebagai bahasa agama bersumber dari kitab suci al-Qur'an.
Sejak bahasa Arab yang tertuan dalam al-Qur'an digunakan hingga kini, semua pengamat baik Barat maupun muslim Arab menganggapnya sebagai bahasa yang memiliki standar ketinggian dan keelokan lingguistik yang tertinggi yang tiada taranya (the supremen standar of linguistic excelence and beauty) dan hal ini berdampak pada munculnya sprioritas sastra,[5] Terutama setelah pemikir-pemikir Barat (khusus melakukan kajian-kajian ketimuran, yang biasa disebut orientalis) mulai mengemukakan pemikirannya terhadap Islam.[6] Tentu saja dengan beragam motif mempelajarinya, maka usaha-usaha untuk mempermudah mempelajari dan mempublikasikan sebagai bahasa asing dari luar mulai digunakan.
Hal ini terbukti mulai perwujudannya oleh bangsa-bangsa maju seperti sebahagian orang Amerika dan Eropa. Mereka benar-benar mempelajari bahasa Arab karena dengan alat tersebut dapat dijalin hubungan dan kerjasama ekonomi yang sangat menguntungkan dengan bangsa-bangsa Timur Tengah yang kaya petro dolar itu.[7]
Seorang sarjana ahli bahasa yang terkenal, A. L. Schioser (wafat tahun 1781 M) menjelaskan bahasa Arab adalah termasuk rumpun bahasa semit dan menjelan abad ketiga Masehi, bahasa Arab berkembang menjadi bahasa yang sempurna.[8]
Melacak asal usul bahasa Arab, pertumbuhan dan pembagianya secara jelas dapat dilihat bahwa bahasa Arab mengalami kemunduran dengan banyaknya bahasa Arab (dialek) yang telah punah dan hanya dapat diketahui melalui pahatan-pahatan atau lebih dikenal dengan al-Arabiyah al-Nuqusy dalam tulisan ini dapat juga dilihat kemajuan bahasa Arab dalam prosesnya yang cemerlang hingga melahirkan bahasa Arab yang kokoh dan memiliki multi fungsi,  setelah ditakdirkan menjadi bahasa al-Qur'an.
Dalam Tulisan ini penulis akan menelusuri lorong-lorong tentang bagaimana asal usul bahasa Arab dan bagaimana proses pertumbuhannya dan pembagiannya hingga menjadi bahasa Arab resmi.

II. Asal Usul Bahasa Arab

Jika kita berbicara tentang asal usul bahasa[9] maka itu tidak lepas dari bangsa yang menuturkannya. Asal usul bahasa Arab misalnya itu berasal dari penduduk asli Jazirah Arab dan merupakan salah satu rumpun bahasa Semit yang tumbuh dan berkembang jauh sebelum agama Islam datang dan mampu bertahan hingga kini seperti halnya bahasa Ibrani.[10] Kemudian dalam perkembangannya melahirkan berbagai bahasa di antaranya bahasa Akadiya, Kan'an Aramia. Arab dan Ethopia.[11]
Bahasa Arab menurut para linguistik berasal dari ras manusia dan rumpun bangsa yang mempunyai peran besar dalam sejarah peradaban kuno yakni bahasa Semit kemudian keturunan mereka berpindah tempat meninggalkan tanah airnya dan menetap di lembah sungai Tigris dan Euphart sehingga membentuk rumpun bahasa dan bangsa baru.[12] Termasuk di dalamnya bahasa Ibrani [13]
Pergumulan antar bahasa, saling berinteraksi dan mendominasi. Oleh karena itu Max Muller dan Bunsen mengelompokkan bahasa menjadi 3 rumpun yaitu: rumpun bahasa Indo-Eropa, Semit, dan  Turania.[14]
Terfokus pada bahasa Semit, maka bahasa Semit dibagi kepada dua bagian yaitu:  bagian Utara terdiri dari bahasa Akkadia, bahasa Babilonia, bahasa Kan'an dan bahasa Aramiah sedangkan bagian Selatan  terdiri dari bahasa Arab, bahasa Yunani dan bahasa-bahasa Ethopia.[15] Lewat pembahasan ini, telah diketahui bahwa bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semit (Semetik Language/samiyah).
Berbicara tentang bahasa, maka tidak lepas dari bangsa yang menuturkannya. Menurut sejarah, bahwa bangsa Arab seperti halnya bangsa Aria, Pinikiah, Ibrani, Yaman, Babilonia dan bangsa-bangsa yang terdapat di sekitarnya itu berasal dari satu bangsa yang disebut bangsa al-Samaniyyun.[16] Sedangkan bangsa Semit (al-Samaniyyun) adalah bangsa yang berasal dari garis keturunan Nabi Nuh yang bernama Sam Ibn Nuh. Yang kemudian dalam perkembangannya melahirkan berbagai bangsa dan bahasa, di antaranya bangsa Akkadia, Kan'an, Aram, Arab dan Ethopiah.[17] Dari sini dapat dipahami bahwa sebenarnya bahasa-bahasa yang telah dikemukakan itu berasal dari satu bahasa yang dituturkan dari satu keturunan .
Dalam perkembangan bahasa Semit, muncullah bangsa Akkadia sebagai rumpun bangsa Semit dianggap sebagai bangsa dan bahasa yang tertua dari rumpun Semit yang terditeksi dalam catatan sejarah. Bangsa ini mendiami wilayah lembah sungai Tigris Euphrat yang lebih dikenal dengan Mesopotamia kira-kira 3000 tahun SM. Kata Akkadia berasal dari nama Ibukota Akkad.[18] Bangsa Akkadia biasa pula disebut dengan bangsa Babilonia dan Assuriyah,[19] kedua bangsa tersebut mempergunakan bahasa Akkadia.
Bahasa Aramiyah dan bahasa Kan'aniyah dipergunakan oleh bangsa Finikiyah dan Arabiyyah dan selanjutnya muncul pula bahasa Arab, bahasa Yaman kuno, dan bahasa Habsyi.[20] Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika terlihat adanya persamaan-persamaan dalam bahasa mereka. Hanya saja menurut para peneliti,[21] sangat sulit untuk dibuktikan karena kita tidak mengetahui bahasa-bahasa yang telah disebutkan sebelumnya kecuali terbatas pada bahasa Arab saja.
Di antara sekian rumpun bahasa Semit yang telah dikemukakan bahwa semuanya telah punah ditelan oleh dinamika perjalanan umat manusia yang telah melewati ribuan tahun,[22] yang tersisa hanyalah bahasa Arab yang sekaligus memberi pengaruh yang cukup besar dalam sejarah peradaban umat manusia, terutama disaat memasuki abad VI Masehi.
Sejarah menunjukan, bahwa proses bahasa Arab menjadi suatu bahasa yang berdiri sendiri melalui proses yang cukup lama. Proses pertama, dengan pemisahan salah satu keturunan bangsa Semit yang mengembara ke wilayah jazirah yang bertujuan untuk memperluas wilayah kekuasaan.[23] Proses kedua, terbentuknya kebudayaan lain yang sudah berbeda dengan bangsa pertama yang akhirnya tercipta alat komunikasi yang tampak berbeda dengan bahasa aslinya.
Jika kembali kepada sejarah pembentukan bahasa maka akan dikemukakan suatu proses yang sangat panjang selama berabad-abad. Kata yang satu mungkin saja tidak terpakai lagi dan selanjutnya hilang dan digantikan oleh kata baru, seperti halnya kita di Indonesia apakah itu serapan atau terbentuk dari proses perbedaan dialek di antara bangsa atau suku penutur bahasa Arab. Sebagai hasil proses perkembangan bahasa maka dapat dilihat kekuatan bahasa Arab Fusha yang berkembang hingga sekarang ini.

III. Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Arab

          Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang termasuk rumpun bahasa Semit yang berdiam di sebelah selatan, tepatnya di wilayah Irak,[24] dengan demikian, hubungan antara bahasa Arab dan Semit sangat kuat.
          Untuk dapat mengetahui bahasa Arab sebelum datangnya agama Kristen, para peneliti tidak dapat menemukan gambaran yang jelas, karena tidak ada bukti dokumentasi yang  tertulis berupa teks-teks yang bisa diperoleh pada masa tersebut. Teks tertua yang ditemukan adalah sesudah abad ke III Masehi.[25]Akibat kelangkaan teks-teks Arab telah menyebabkan meluasnya buta huruf (ummiyah) di kalangan bangsa Arab sebelum datangnya Islam.
          Menurut Ali Abd al-Wahid Wafiy, informasi yang sempat terekam dalam sejarah dan sampai kepada kita tentang sejarah bahasa Arab adalah temuan dari prasasti tentang Arab Baidah yang diperkirakan hidup pada abad pertama sebelum masehi, sedangkan Arab Baqiyah informasi yang ditemukan nanti setelah abad kelima masehi. Sehingga periodesasi pertumbuhan bahasa Arab sangat sulit untuk dilacak.[26]
          Hal yang senada dikemukakan oleh Anwar G. Chejne, bahwa data bahasa Arab secara tertulis masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain,[27] sehingga periodesasi bahasa Arab dan kesusastraannya hanya terbatas pada masa jahiliyah, masa munculnya Islam yang dibawa oleh Muhammad Saw, masa Khulafauh Rasyidin  bani Umayyah, masa bani Abbasiyah, dan periode modern.[28] Adapun yang diperpegangi para ahli, tentang perkembangan bahasa Arab pada masa pra Islam (jahiliyah) adalah nukilan puisi-puisi yang dikembangkan pada zaman tersebut yang dipindahkan dari generasi-kegenerasi selanjutnya.[29]
          Dalam pembagian bahasa Arab terbagi dua kelompok besar yaitu; Arab Baidah dan Arab Baqiyah.

1. Bahasa arab Baidah

          Bahasa Arab Baidah bisa juga disebut dengan Arabiyah al-Nuqusy, karena informasi tentang bahasa ini hanya diperoleh melalui tulisan pada lempengan batu. Bahasa Arab Baidah dituturkan oleh orang Arab yang berdomisili di sebelah utara Hijaz yang berdekatan dengan bangsa Aramiah[30] dengan masing-masing dialeknya.
          Adapun dialek yang digunakan terdiri dari tiga yaitu;
a.     Lihyaniyah yaitu dialek yang dinisbahkan dari nama kabilah atau sukuLihyan yang tinggal dibagian utara daerah Hijas beberapa abad sebelum masehi. Sayang informasi yang akurat tentang kabilah ini belum bisa terditeksi oleh sejarah
b.     Samudiyah yaitu dialek yang dinisbahkan dari nama kabilah atau suku Samud sebagaimana yang kisahkan di dalam al-Qur'an al-Karim secara ringkas. Suku ini diperkirakan mendiami wilayah antara Hijaz dan Nejed dekat Damaskus, prasastinya dalam bahasa Samud kira-kira abad ketiga dan keempat masehi.
c.     Safawiyah, adapun informasi tentang suku ini juga diperoleh melalui prasasti yang penulisannya diperkirakan antara abad ketiga dan keenam masehi.                
          Demikianlah ketiga dialek tersebut yang termasuk bagian dari bahasa Arab Baidah. Karena adanya saling interaksi para penutur bahasa, maka bahasa Arab Baidah mempunyai kemiripan dengan bahasa Aramiyah juga mempunyai kemiripan dengan bahasa Arab, dan aksara yang mereka gunakan adalah Numar, zabat dan Hauran.[31] Semua yang termasuk dalam kategori Arab Baidah ini lenyap oleh dominasi Arab Baqiyah.

2.Bahasa Arab Baqiyah

          Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang dipergunakan secara mutlak oleh bangsa Arab (orang-orang Arab) baik dalam tulisan, karangan kesusastraan dan sebagainya, seperti yang ada sekarang ini. Dan secara langsung dapat kita saksikan dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
          Bahasa Arab Baqiyah ini tumbuh dan berkembang di negeri Nejed dan Hijaz. Kemudian tersebar luas ke sebagian besar negeri Semit dan Hamit.[32] Dari sinilah timbul dialek. Dialek yang dipergunakan di masa kini di negeri Hijas, NejedYaman dan daerah sekitarnya seperti Emirat arab, Palestina, Yordania, Syiria, Libanon, Irak, Kuait, Mesir, Sudan, Libia, al-Jazair, dan Maroko.
          Bahasa Arab Baqiyah terbagi kepada dua bagian,[33] yaitu;
a.     Al-Arab al-Aribah, mereka itu berasal dari Qahtan. Bani qathan dengan dua suku induknya, Kahlan dan Himyar mendirikan Himyar dan Tababi'at. Disebut dalam al-Qur'an "Tabba". Selain itu mereka pulalah mendirikan kerajaan Saba' kira-kira abad ke- 8 SM. Bani Qahtan inilah yang memerintah semenanjung Arabiyah sesudah al-Arab al-Baidah.
b.     Al-Arab al-Musta Ribah keturunan nabi Ismail, mereka kemudian terkenal dengan nama "bani Adnan", suku inilah yang merebut kekuasaan bani Qahtan. Bani Adnan tingal di Hijaz, Nejed dan Tihamah. Bani ini mempunyai empat suku induk yaitu Rabi'ah, Mudhar, Iyad dan Anmar. Dari kabilah Adhan ini lahirlah beberapa kabilah, di antaranya Lahillah, kabila bani Kinanah yang selanjutnya melahirkan kabilah Quraisy.        
          Setelah seluruh semenanjung Arabiyah tunduk di bawah kekuasaan Islam, barulah pasukan Islam mencoba melakukan ekspansi ke daerah-daerah diluar dan dimulai pada zaman khalifah pertama Abu Bakar Assidiq  dan diteruskan khalifah berikutnya. Mereka menaklukkan Syiriya (Syam) Irak, Mesir, Sudan, Maroko, (Maghribi), Damaskus dan Palestina, semenjak itu bahasa Arab menjadi bahasa resmi di daerah itu.
          Tersebarnya bahasa Arab Baqiyah tidak lepas dari pengaruh dan perang Islam  pada saat itu yang melakukan perluasan wilayah. Tunduknya wilayah tersebut memungkinkan bahasa Arab Baqiyah dipelajari, apalagi bagi kaum muslimin yang inti ajarannya ditulis dengan bahasa Arab (al-Qur'an). Fakta inilah yang menyebabkan bahasa Arab Baqiyah bertahan sampai sekarang.
          Melacak historis bahasa Arab Baqiyah kapan munculnya tidak diketahui secara pasti karena data yang menjelaskan hal itu baik tulisan-tulisan prasasti ataupun dalam bentuk lain tidak ada.
          Peninggalan yang menjelaskan keberadaan bahasa Arab Baqiyah yaitu adab jahiliah ini berupa peninggalan sastra yang berasal dari sekelompok penyair-penyair masa jahiliah beserta pula cendikiawan (hukama) dan orator-oratornya. Tetapi peninggalan itu tidak dikumpulkan dan ditulis kecuali pada abad-abad pertama Islam. Menurut para ahli, bahasa Arab tumbuh dan berkembang pada abad ke 5 masehi.[34] Hal ini terjadi karena kebiasaan orang-orang Arab lebih mengandalkan hafalannya, dan keterampilan menulis belum menjadi tradisi.
          Setelah datangnya Islam bahasa Arab berkembang terus dan baru mengalami kemunduran sampai dengan jatuhnya kota Bagdad ketangan bangsaTartar di bawah pimpinan cucu Khulagu Khan pada tahun 1258 M.[35] kemudian bahasa menemukan jati dirinya kembali setelah masa kejayaan bangsa-bangsa Turki sampai datangnya masa Arab Modern pada abad ke 19 Masehi.
IV. Kesimpulan         
            Dari pemaparan singkat di atas maka penulis dapat membuat end blok sebagai esensi pembahasan untuk dianalisa lebih lanjut. Yaitu
          Bahasa Arab berasal dari bahasa Semit kemudian membentuk bahasa-bahasa lain setelah terpisah dari induknya. Bahasa Semit mulai terpecah-pecah setelah terpublikasi kedaerah-daerah lainnya seperti Babilonia, Assiriyah, Ibrani, Aramiyah, Arab dan Etopiah. Mungkin karena proses evolusi yang sangat panjang menjadikan bahasa itu berubah sedikit demi sedikit, tanpa dirasakan oleh pemakainya. Dan ditepis oleh bahasa lain yang berinteraksi kemudian dijadikan sebagai bahasa yang tersosialisasi.
          Bahasa Arab yang yang mewilayahi Hijaz dan Nejed mempunyai dua kelompok bahasa yaitu bahasa Arab Baidah dan bahasa Arab Baqiyah. Bahasa Arab Baidah sudah punah ditelan oleh Zaman, sedangkan bahasa Arab Baqiyah masih bertahan dan dipublikasikan sampai sekarang.
Muda-mudahan makalah ini dapat merangsang para ilmuan linguisti, sejarahwan dan pemikir muslim untuk bersama-sama memelihara kelestarian bahasa yang masih dalam posisi buritan menuju posisi yang gemilang. Karena sebuah bencana sejarah bila suatu umat merasa bahagia hidup dimasa lampau tetapi gagal berurusan dengan masalah kekinian. Padahal umat Islan harus eksis kini dan di sini, dan bahagian nanti dan di sana.   

DAFTAR PUSTAKA

                  
Al-Gulayaini, Mustafa. Jami al-Durus al-Arabiyyah. jilid. I, diterjemahkan oleh Moh. Zuhri dkk. Pelajaran bahasa Arab lengkap, Cet. I;  Semarang: CV. al-Syifa, 1992 

Al-Shalih, Subhy, Dirasat fi Fiqh al-Lughah. Cet. II; Beirut: al-Maktabah al-Ahliyyah, 1962

Ar-Rasyid, Harun. Prospek Bahasa Arab masa kini dan masa yang akan datang,Makalah Seminar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (HMJ-PBA)

Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya dan Beberapa Pokok Pikirannya, Ujung Pandang: Fakultas Tarbiyah IAIN Aluddin Makassar, 1999

Broklama, Tarikh al-Adab al-Araby, Jilid. I Cet. IV; al-Qahirah: Dar al-Maarif, t. th

Cahyono, Bambang Yudi. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa Cet. I; Surabayah: Airlangga University Pres, 1995

Fahmi, Mahmud. Hijjas Madhal al-Ilmu al-Lughah, Kairo, Darul Qiba'a al-Riba'ah, 1948

Ghejne, Anwar G. The Arabic Language Its Role In History, diterjemahkan oleh Aliuddin Mahjuddin dengan judul Bahasa arab dengan Peranannya dalam sejarah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996

H. L. Beck dan H. S. G. Kaptein (redaktur), Pandangan Baru terhadap literartur Hukum, Filosof, Tiologi dan Mistik Tradisi Islam, Jilid I, (Jakarta: INIS, 1998

Hafid, Abd. Karim. Makalah Seminar  dengan Tema Bahasa Arab sebagai Kerangka Dasar dalam Memahami al-qur'an disampaikan pada acara Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (HMJ-PBA) Fak. Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar, Pada Tanggal 28 Oktober 1999,

Hitti, Philif K. The Arab Short Historis, diterjemahkan oleh Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing dengan Judul dunia Arab Cet. III; Bandung: Sumur Bandung, t. th

Inahi, Mustafa. al-Washith fi al-Adab al-Arabiy wa Tarikhuhu. Mesir: Dar al- Marif, t. th

K. Ali A,  Studi of Islamic history, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas'adi dengan judul Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya dinasti Usmani, tarikh Pra Modern Cet. III; Jakarta: Raja grafindo Persada, 2001

Ma'ruf, Naif Mahmur. Khasaisu al-Arabiyat wathara'ik Tadrisiha Cet. IV; Bairut: Da'runafa'is, 1991

Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid. I Jakarta: UI Pres, 1985

Nawawi, Abdullah Abbas. Learen the language of the holy Qur'an, diterjemahkan oleh tim redaksi penerbit Mizan dengan judul, Belajar mudah bahasa Al-Qur'an, Cet. II; Kairo: Darul Marifah

Sagena, Muhammad. Analisis Fiqh al-Lughah terhadap Asal Usul Bahasa ArabPenelitian IAIN Alauddin Makassar, 1998

Suhaib, Muhammad Suyuti. Kajian Puisi Arab Pra Islam Cet. I; Jakarta: al-Qushwa, 1990

Sumardi, Mulyanto. et. al., Pedoman pengajaran Bahasa Arab pada perguruan tinggi agama Islam IAIN Jakarta: Proyek pengembangan sistem pendidikan RI, 1976

Umam, Khatibul. et. all, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama IAIN, Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI, 1975

Wafi, Ali Abd. al- Wahid. Fiqhi al-Lughah Kairo: Dar al-Nahda

---------------- . Ilmu al-Lughah Cet. VII; Berut: Dar al-fikr, t. th

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997

Zaidan, George. Al-Falsafah al-Lughah, Cet. III; Bairut: Dar al-Jil, 1987

Zaidan, Jurji. Tarikh al-Lughah al-Arabiyah Cairo: Dar al-Ma'arif, 1977



*Makalah disampaikan dalam forum seminar kelas Konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab Semester II Program Pascasarjana IAIN Alauddin, Samata Gowa tgl, 14 April 2003. Mata Kulia Metodologi pengembangan Materi Ajar Bahasa Arab Dosen Pemandu Prof. Dr. H. Abd. Karim Hafid, MA

**Mahasiswa semester I Program Pascasarjana IAIN Alauddin Samata Gowa periode 2002-2003

                [1]Abd. Karim Hafid, Makalah Seminar  dengan Tema Bahasa Arab sebagai Kerangka Dasar dalam Memahami al-qur'an disampaikan pada acara Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (HMJ-PBA) Fak. Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar, Pada Tanggal 28 Oktober 1999, h. 1
   
                [2] Mulyanto Sumardi, et. al., Pedoman pengajaran Bahasa Arab pada perguruan tinggi agama Islam IAIN (Jakarta: Proyek pengembangan sistem pendidikan RI, 1976), h. 72

                [3] Surah Yusuf ayat 2; انا انزلناه قرانا عربيا لعلكم تعقلون

[4] Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 187

[5] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya dan Beberapa Pokok Pikirannya, (Ujung Pandang: Fakultas Tarbiyah IAIN Aluddin Makassar, 1999), h. 6

[6] Tokoh orientalis yang bernama Ignaz Goloziher (1850-1921) dianggap sebagai pendiri studi islam (Islamic Study) di Barat. Ia berkebangsaan Hongaria, kemudian muncul nama Snock Horgunge (1857-1936) kemudian bermunculan tokoh-tokoh orientalis lain yang berusaha mempelajari islam dengan memeperkenalkan bahasa Arab. Lihat H. L. Beck dan H. S. G. Kaptein (redaktur), Pandangan Baru terhadap literartur Hukum, Filosof, Tiologi dan Mistik Tradisi Islam, Jilid I, (Jakarta: INIS, 1998), h. iv
[7] Harun Ar-Rasyid, Prospek Bahasa Arab masa kini dan masa yang akan datang,Makalah Seminar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (HMJ-PBA)

[8] Abdullah Abbas Nawawi, Learen the language of the holy Qur'an, diterjemahkan oleh tim redaksi penerbit Mizan dengan judul, Belajar mudah bahasa Al-Qur'an, (Cet. II; Kairo: Darul Marifah), h. 35

[9] Pengertian bahasa Arab adalah sebuah bahasa keluarga rumpun semit yang digunakan oleh orang-orang yang mendiami semenanjung Arabiah, di bagian Barat Daya benua Asia. Kedua, bahasa yang dipilih oleh Allah Swt. Untuk berkomunikasi dengan hamba-nya dan telah diturungkan sebagai penutup Syariatnya kepada utusannya yang mulia Nabi Muhammad Saw dan ditakdirkan menjadi bahasa al-Qur'an. Ketiga, kata atau kalimat yang digunakan oleh bangsa Arab untuk menyatakan maksud atau gagasanya. Lihat Mustafa al-Gulayaini, Jami al-Durus al-Arabiyyah, jilid. I, diterjemahkan oleh Moh. Zuhri dkk. Pelajaran bahasa Arab lengkap, (Cet. I;  Semarang: CV. al-Syifa, 1992),  h. 13     
[10] Bahasa Ibrani merupakan rumpun bahasa Semit masih terpakai sebatas pada bahasa kitab suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Adapun bahasa Ibrani yang digunakan di Israel adalah bahasa Ibrani Modern yang telah melalui proses modifikasi dan serapan bahasa Eropa cukup dominan di dalamnya. Lihat Mahmud Fahmi, Hijjas Madhal al-Ilmu al-Lughah, (Kairo, Darul Qiba'a al-Riba'ah, 1948), h. 173

[11] Khatibul Umam, et. all, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama IAIN, (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI, 1975), h. 74
               
                [12] K. Ali A Studi of Islamic history, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas'adi dengan judul sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya dinasti Usmani, tarikh Pra Modern (Cet. III; Jakarta: Raja grafindo Persada, 2001), h. 1. Lihat pulah Naif Mahmur Ma'ruf, Khasaisu al-Arabiyat wathara'ik Tadrisiha (Cet. IV; Bairut: Da'runafa'is, 1991), h. 18

                [13] Philif K. Hitti, The Arab Short Historis, diterjemahkan oleh Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing dengan Judul dunia Arab (Cet. III; Bandung: Sumur Bandung, t. th), h. 7

                [14] Mulianto Sumardi, op. cit., h. 29

                [15] Ibid, h. 30

                [16] Pendapat tersebut pertama kali dilontarkan oleh seorang ilmuan Jerman yang bernama Schlozer pada akhir abad XVIII M. Lihat Jurji Zaidan, Tarikh al-Lughah al-Arabiyah (Cairo: Dar al-Ma'arif, 1977), h. 21

                [17] Khatibul Umam et. al., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI, 1975), h. 47. Lihat pulah Bambang Yudi cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa (Cet. I; Surabayah: Airlangga University Pres, 1995), h. 379
               
                [18] Anwar G. Ghejne, The Arabic Language Its Role In History, diterjemahkan oleh Aliuddin Mahjuddin dengan judul Bahasa arab dengan Peranannya dalam sejarah(Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h. 29
               
                [19] Lihat Ali Abd. al- Wahidwafi, Fiqhi al-Lughah (Kairo: Dar al-Nahda),

                [20] Lihat Ali abd. al-Wahid Wafi, Ilmu al-Lughah (Cet. VII; Berut: Dar al-fikr, t. th), h. 201

                [21] Muhammad Sagena, Analisis Fiqh al-Lughah terhadap Asal Usul Bahasa Arab (Penelitian IAIN Alauddin Makassar, 1998), h. 67

                [22] George Zaidan, al-Falsafah al-Lughah, (Cet. III; Bairut: Dar al-Jil, 1987), hh. 26-29

                [23] Lihat Ali Abd wahid wafi, op. cit., hh. 10-11

                [24] Ibid, h. 96

                [25] Mulianto Sumardi, et. al., op. cit, h. 30-31

                [26] Ali Abd. Wahid Wafi, op. cit., h. 97

                [27] Anwar G. Chejne, op. cit, h. 39

                [28] Lihat Mulianto Sumardi, op. cit, h. 34. bandingkan dengan Broklama, Tarikh al-Adab al-Araby, Jilid. I (Cet. IV; al-Qahirah: Dar al-Maarif, t. th), 36

                [29] Lihat Muhammad Suyuti Suhaib, Kajian Puisi Arab Pra Islam (Cet. I; jakarta: al-Qushwa, 1990), h. 2 
               
                [30]Ali Abd. Wahid Wafi, op. cit., hh. 98-101

                [31] Subhy al-Shalih, Dirasat fi Fiqh al-Lughah (cet. II; Beirut: al-Maktabah al-Ahliyyah, 1962), h. 4. Lihat juga Ibid, h. 103 

                [32] Ali Abd. Wahid Wafi, op. cit., h. 98

                [33] Mustafa Inahi, al-Washith fi al-Adab al-Arabiy wa Tarikhuhu (Mesir: Dar al- Marif, t. th), hh. 5-6
                [34]Ali Abd. Wahid Wafi, op. cit., h. 104

                [35] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid. I (Jakarta: UI Pres, 1985), h. 81