Fenomena Neorevivalisme Islam dalam Dunia Internasional
Fenomena neorevivalisme Islam dengan gerakan-gerakan pendukungnya
membawa karakteristik radikal dalam dunia internasional. Terwujudnya tatanan
Tuhan dan negara Islam global serta persatuan muslim berdasar syariat Islam
menjadi idealisme dalam neorevivalisme Islam (Tibi 2000, 69). Bagi
neorevivalis, Islam merupakan ideologi yang harus ditegakkan. Idealisme itu
dicapai melalui manhaj (metode) berbeda. Gerakan neorevivalis Islam
mengagungkan prinsip Al-Islamu ya’lu walaa yu’la ‘alaihi (Islam itu
tinggi dan tiada yang dapat menandingi ketinggiannya, HR Bukhari dan
Ad-Daruqutni). Gerakan ini bersifat transnasional karena menjalar dan
memiliki jaringan di berbagai negara.
Menurut Dekmeijan (2001, 14) terdapat lima prinsip utama para
ideolog neorevivalisme Islam. Pertama, din wa dawlah. Islam merupakan
sebuah sistem kehidupan total dan universal. Pemisahan antara din (agama)
dan dawlah (negara) tidak dikenal dalam Islam. Kedua, penerapan Al Quran
dan As-Sunnah secara puritan. Ketiga, puritanisme dan keadilan sosial.
Keempat, kedaulatan dan hukum Allah berdasarkan syariat. Kelima, komitmen
kuat mewujudkan tatanan Islami. Karena itu, umat Islam harus menghancurkan
tatanan jahiliyyah dan kekuasaan duniawi melalui jihad. Tujuan jihad
adalah menaklukkan semua penghambat penyiaran Islam berupa negara, sistem
sosial, ataupun tradisi asing. Jihad dilakukan secara komprehensif termasuk
dengan cara kekerasan.
Neorevivalisme
Islam: Tandingan terhadap Kosmopolitan atau terhadap Identitas Barat?
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, menjadi menarik untuk mengkaji
faktor-faktor kemunculan fenomena neorevivalisme Islam dalam dunia
internasional. Sebab, tesis tulisan ini berbeda dengan studi yang dilakukan
oleh Oliver Roy mengenai fundamentalisme Islam. Roy (1999) berargumen bahwa
fenomena Islamisme atau neorevivalisme Islam ini telah berakhir dan mengalami
kemunduran sejak pasca-Perang Dingin. Sebaliknya, realita yang tampak
menunjukkan kecenderungan pergerakan yang konsisten dalam fenomena
neorevivalisme Islam sejak awal pergerakan neorevivalis Islam pada dekade
1930-an. Konsistensi pergerakan neorevivalis dapat dilihat dari berbagai
prinsip pemikiran dan ajaran tokoh-tokohnya yang berasal dari dekade 1930-an
bahkan hingga era kontemporer.
Menurut Wibowo dan Wibisono (2001), terdapat tiga hal inspirator
kemunculan gerakan antiglobalisasi kontemporer. Pertama, situasi perekonomian
dunia secara umum semakin terpuruk. Kedua, organisasi internasional didominasi
oleh kepentingan negara-negara Barat. Ketiga, dominasi mirip kolonialisme abad
ke-19 oleh negara Barat atas negara sedang berkembang dan negara miskin.
Terkait dengan hal ini, Samuel Huntington (1999) mengategorikan beberapa jenis
respon komunitas non-Barat terhadap hegemoni Barat. Menurut Huntington,
ekspansi peradaban Barat menimbulkan respon yang tidak seragam. Beberapa pihak
menerima seluruh peradaban Barat, sebagian lainnya bersikap kompromi, dan pihak
lain menolak secara tegas.
Sumber : Klik Link
0 komentar:
Posting Komentar